Sehari…dua hari…, bagiku seperti setahun. Bahkan bila sepi merayap, menambah panjang deretan keluhanku….

Maka tidak bisa kusangkal lagi, kalau hari-hari ku terasa sunyi senyap bagai seribu tahun aku terkurung dalam penjara yang bernama sepi. Malah bukan setahun lagi yang kurasa…

Jam di dinding bergerak sebagaimana mestinya.

Tapi tidak dengan isi kepalaku…, hanya dia, dia, dan lagi lagi dia yang selalu memenuhi ruang kepalaku.

Hingga kepala ini penuh sesak tanpa aku sadari…

Berkali-kali aku melihat jarum jam. Ia bergerak, tapi kok terasa lama ya?…

Jarum pendek yang tadinya menunjuk di angka 1, lambat tapi pasti menunjuk ke angka 2.

Hhh…baru satu jam yang aku lalui, sejak isi kepalaku memikirkan dia…

Belum 3 jam lagi, 4 jam, 5 jam, 12 jam??…hh…lama sekali!.

Baru hari jum’at. Belum sabtu, minggu, senin, seminggu lagi, bahkan sebulan lagi?!!… oh tidak! Aku tidak sanggup!.

Silahkan kamu kalikan semuanya, berapa angka yang harus aku lalui tanpa dia?..

Aku tidak bisa membayangkan untuk keesokan harinya.

Apakah aku masih sanggup untuk bernafas lega tanpa menghadirkan wajahnya yang menghalangi tiap oksigen yang masuk ke rongga dadaku?…

Bahkan, baru sehari saja tanpa dia, rasanya seperti hidup di bulan tanpa bantuan pernafasan.

(Heh…gombal!!, sedahsyat itukah perasaanku?).

Terserah!, aku memang tidak bisa menafsirkan atau mengartikan rasa rinduku ini ke dia seperti apa.

Tapi memang begitulah adanya….

Aku sendiri juga tidak mengerti. Kenapa aku bisa kangen dengan kalimat basa-basinya yang selalu ia dahulukan saat mengirimkan pesan singkatnya.

Aku tidak tahu, kenapa aku bisa kangen dengan cerita hidupnya yang kadang membuatku bosan mendengarnya, tapi ternyata itulah yang aku kangenin.

Aku tidak tahu, kenapa aku bisa kangen dengan sambutan hangat tangannya yang memegang telapak tanganku kala singgah di dadanya.

Aku tidak tahu, kenapa aku bisa kangen dengan tiap gerakan keningnya, yang membuat wajah terutama di keningnya mengerut, pertanda usia yang sebenarnya.

Awalnya aku tidak suka kerutan di dahinya itu… tapi rasaku berubah, seiring manis senyumnya yang ia sertakan di setiap kening itu berkerut…

Kapan ya aku bisa lagi melewati fase bahagiaku saat dia berada di sisiku?.

Huh…hari yang melelahkan, hanya untuk menunggu 1 orang yang kutunggu.

0 komentar: