Angin…adakah ia tahu, bahwa kini aku merindukannya?.

Adakah ia tahu, bahwa kini aku merasakan sepi, hal yang sangat aku takutkan selama ini…

Dia telah pergi…

Pergi untuk satu buah alasan yang membuatku sakit.

Membuatku kalah.

Dalam hidupku, tidak ada yang namanya kalah…

Tapi mengalah untuknya, sungguh membuatku berharga.

Berharga karna aku tetap mampu mencintainya, walau bukan akulah yang membahagiakannya.


4 tahun berlalu sobat…

adakah aku pernah melukai hatimu?.

Adakah setiap jeda waktu yang terlewat, aku pernah meruntuhkan keyakinanmu akan aku?.

Dan di waktu panjang itu…adakah bebanmu terasa ringan saat bersamaku?.

Aku tahu, tak ada upaya yang mampu kulakukan untukmu.

Bebanmu, perihmu, sedihmu, tidak ada satu pun yang berkurang karnaku.

Maaf…jika hadirku justru menambah panjang keluhanmu.

Maaf…jika aku kurang mengerti akan kamu.

Dan maaf…jika hati mu sedang perih, aku hanya bisa mengucapkan 1 kata, lalu membisu.

Di sela obrolan kita senja itu, kau sempat runtuhkan hujan klimaks yang kau tahan direlung dada.

Lagi-lagi maaf…kalau aku hanya bisa membiarkan hujanmu reda, dan hanya bisa mengucapkan kata “sabar…”


Pagi ini embun masih tersisa di antara dedaunan.

Tapi air mataku telah habis…

Sang surya pun mulai mengintip

tapi kemelut jiwa ini masih saja belum mau pergi sedari malam.

Maafkan aku…

Karna aku pernah lari dariMu, dan melupakanMu.

Hingga hanya kelam dan kelam yang bergelut nafsu sesaat saja yang kutahu.

Aku lupa…

Kalau ada 1 hal yang harus kuingat..

Hanya Dia yang utuh mencintai aku.

Hanya Dia yang perduli dengan aku.

Hanya Dia yang melindungi aku.

Harusnya aku tahu itu…

Telatkah aku Tuhan, jika aku ingin kembali kedalam rengkuhanMu?.

Masih adakah pintu maafMu, yang selalu Kau buka bagi Umatmu yang benar-benar bertobat, dan hanya melakukan kesalahan 1 kali.

Tapi aku?.

Aku berkali-kali…

apakah masih ada pintu itu Tuhan?.

Masih perdulikah engkau padaku Tuhan?…

Di saat Kau menjaga ku dengan mata tajamMu, aku selalu asyik dengan pikiran dan nafsu sejatiku.

Dan sekarang, masih adakah kesempatan untuk merebut perhatianMu lagi Tuhan?.

Aku malu Tuhan…

Malu pada diri ini. dan juga padaMu.

Kalau bukan kepadaMu Tuhan…kemana lagi aku harus berlindung? Kepada siapa aku harus mengadu?. Karna selama ini ternyata hanya Engkau yang mau menerima segala keluh kesahku.

Hanya Engkau yang perduli padaku.

CintaMu Tuhan… aku sadar, tidak akan ada yang menggantikannya. Tidak ada yang bisa menandinginya.

Astaghfirullah…astaghfirullah…