Kemarin air mataku meleleh hanya karna mendengar suara sumbing dari seseorang. Tepatnya, kemarin… ada yang berkomentar tentang aku, tentang cintaku yang “terlarang” oleh norma dan pandangan orang. Sejak itu… hariku diliputi kerisauan. Gelisah selalu hadir saat aku ingin memejamkan mata ini. Aku tahu, Tidak ada yang patut dibanggakan dalam kisahku ini… namun hariku terasa tak hambar lagi semenjak hadirnya si mas… Hatiku yang kosong telah dipenuhi oleh si mas.
Cukup!, bagiku itu sudah menjadi alasan yang real!, bahwa dia mampu memenuhi standar keinginanku, hingga aku tidak lagi sepi, selalu menebar senyum dengan mudah, dan yang paling mendasar dari semua alasanku adalah, aku mampu bertahan dalam hal apapun karna adanya si mas…
Apa yang kurang bagi kalian?…
owhyeah… statusnya!!.

I know, penjelasan apapun tidak akan mengubah pikiran kalian.

Tapi cukup ga, hanya dengan logika yang ada dalam otak kalian bisa membuat hidupku bahagia?

Apa yang bisa kalian berikan padaku untuk menentukan jalanku?.

Hanya teori panjang yang belum tentu juga bisa kalian terapkan!!.
Aku malas berdiskusi, malas membantah. Karna kalian tidak tahu yang sebenarnya!.
Lalu, jika kalian tidak tahu menahu jalan yang kita tempuh, kenapa kalian bersuara?, apa alasan yang kalian pakai?

Ingat, kami hanya menautkan hati, bukan menautkan hubungan!.
Sama sajakah bagi kalian?
Kenapa?

Seorang siswi, bisa saja jatuh cinta pada seorang guru idolanya. Lalu berharap, bila suatu ketika akan berpacaran dengan guru idolanya, tanpa ada maksud untuk melakukannya secara nyata. Itu hanya angan!, cita cintanya seorang siswi.
Dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Dan biar ku perjelas. Walaupun pendapat kalian ini adalah kesalahan, tapi hadirnya cinta yang tumbuh, apa harus di salahkan juga?.
Lalu dari mana datangnya itu kalau bukan dari Tuhan? Apakah kalian berani menyalahkan Tuhan?
Yaah…lagi lagi tetap aku yang salah. Karna tidak bisa me-manage cinta yang diberikan.

Hey!!, cukup!! Hidupku sudah penuh dengan kritikan, walau memang sebuah kritikan sangat diperlukan dalam hidupku.

Tapi aku ingin bernafas.

Aku ingin menikmati yang ada sekarang.
Apa kalian tidak berkenan?

Biarkan aku berjalan dengan hati dan instingku sendiri.
Aku janji, aku akan berhenti berjalan di jalan ini, jika lampu merah memberikan tandanya dalam kisah ini….owkey!!?.


Dua minggu telah berlalu…
Hanya karna alasan yang konyol, aku mendiamkanmu.
Lalu semenjak itu kita membisu…
Kupikir, hanya dengan begini aku mampu membuatmu marah, lalu menjauhiku, dan aku terlepas dari kegiatan yang kita lakukan. Kegiatan yang justru akan menyeretku ke dalam hidupmu.
Dan di sela waktu yang singkat itu, aku bermain-main dengan hati.
Bermain-main dengan khayalku sendiri tanpamu…
Lalu mencoba untuk menjauhkan pikiranku tentangmu, beralih ke wajah yang baru…
Tetap.
kamu tetap ada di otakku.
Aku tetap ingin peduli padamu di antara rasa gengsiku.
Aku mengalah, saat mata mu tidak sengaja menatapku. Bukan karna aku acuh, tapi aku takut…, takut kamu tahu yang sebenarnya ada didalam hatiku.
Karna disinilah kamu bisa lihat sesungguhnya apa yang kurasa.
Memang, bukan hanya kamu yang ada di hati ini.
Bukan hanya kamu yang aku rindukan saat ini.
Karna dari awal kita memang sepakat untuk tidak membebani diri kita dengan aturan yang tak tertulis namun harus dipatuhi itu…
Kita ingin apa adanya.
Kita ingin menjalaninya tanpa beban. Tanpa ikatan. Dan tanpa aturan.
Tapi aku tidak bisa menepis wajahmu yang terlihat utuh saat aku mencoba membayangkan wajah lain.
Aku tidak tahu… jengkelku, marahku, kini langsung pudar dengan seringnya kulihat kau membisu…membisu padaku, dan karnaku lah yang memulai.

“dia terlihat manis saat membisu…’’
itulah yang membuat aku mulai merindukanmu lagi