Angin…

Pagi yang masih berselimutkan kesejukan.

Saat ini kau tiupkan berita yang membuat aku makin bergemuruh.

Kau titipkan kabar lewat bibirnya saat aku ingin menata hatiku, oleh hadirnya yang selalu menggelitik rasa keingin tahuan akan arti sebuah cinta.

Angin…

Kenapa kau sebarkan berita itu, saat aku belum sanggup untuk benar-benar menghilangkan wajahnya dari ingatanku.

Angin…

Tiupanmu kini membuatku terbang ke alam bebas untuk bisa menyentuhnya.

Kalau memang kabar yang kau kirimkan itu benar…, biarlah ku ikhlaskan rasa sakit yang akan menderaku nanti……, asalkan ia mau membalas undangan rinduku.

Angin…

Tiupanmu kini menyeka raut wajahku.

Aku ingin kau sampaikan berita suka padanya, bahwa aku ingin dia yang membelai wajahku. Walau untuk yang terakhir kali…

Aku merindukan tangannya yang menyentuh bibirku yang terkatup saat itu…

Aku merindukan tangannya yang nakal membangkitkan birahiku, saat jemarinya menari di tengkuk leherku.

Angin…

Kali ini terpaan tiupanmu menyentuh seluruh tubuhku.

Mendinginkan sebujur tubuh yang telah membeku oleh cintanya yang tak pernah menghangatkanku

Dingin yang telah ia ciptakan menusuk rasa gelisah yang ingin kukabulkan lewat peraduan.

Angin…

Kau telah hempaskan aku untuk mencari 1 malam yang pernah aku persembahkan untuknya.

Lewat tiupanmu, kerinduan untuk menyentuh bibirnya semakin memuncak.

Perlahan… kau membuka kenangan lewat tiupanmu yang membuat aku smakin tergerak untuk mencari cara agar kerinduan “nakal”ku terkabul.

Angin…

Kau tidak pernah lelah menyentuh jiwa-jiwa panas yang terbakar oleh nafsu sesaat.

Justru kini aku telah terbakar …

1 hari…2 hari… hingga 1 minggu beranjak, kerinduanku ternyata belum juga tertuntaskan.

Kali ini aku tidak mampu lagi untuk menunggu…

Menunggu kedatangannya yang menghangatkan sebujur tubuh yang telah mendingin oleh hatinya.

Menunggu untuk bisa menari-nari di kesunyian malam.

Saling bernyanyi oleh erangan rindu yang telah lama tersimpan.

Dan saling menguasai raga yang telah haus oleh belaian.

Aku ingin mengulangi fase yang mungkin buruk olehmu, namun terasa nikmat ku sentuh…

Angin…

Kini tiupanmu menerbangkanku…

Yang akhirnya membawaku ke tempat asing yang bernama “keraguan”

Rindu yang telah memuncak dan siap meletus, harus kutumbang oleh acuh sikapnya, yang bermuara di diriku…

Angin…

Dengarkanlah beritaku.

Sebelum ia beranjak pergi dan membawa sekeping cintaku…

Aku ingin ia membalas kerinduanku. Ia harus menghangatkan tubuhku yang telah dingin…

Biarkan ia mempermainkan jiwa ragaku…

Biarkan ia menari-nari di atas lukaku nanti…

Asal, ia tahu… kali ini aku berdiri di pintu pengharapan dirinya.

0 komentar: