aku


Apakah masih ada cinta yang tersisa di hati ini untuk seseorang yang kelak datang untuk membahagiakanku?.

Aku tidak tahu, karna kata “penyesalan” masih baru tercium di ingatan.

Kata yang membuatku bergidik untuk bangkit mencari cinta yang baru.

Kata yang kadang membuatku muak, lalu ingin segera memuntahkannya.

Kata yang kadang mengusungku ke kata yang membuatku takut, yaitu “trauma”…

Kata yang mamasungku untuk setiap kali kaki ini ingin beranjak pergi menemui belahan jiwa disana…

Aku ingin segera mengenyahkan kata itu dari pikiran yang selalu menggelayuti jiwa ini.

Tapi apa daya…, aku seorang wanita pencari cinta sekaligus yang meragukan arti cinta.

semua karna waktulah yang membuatku seperti ini.

karna pria-pria pemakan cintalah yang membuatku berkali-kali jatuh oleh keserakahan yang ingin dimiliki para pemakan cinta itu.

Karna kepasrahan yang terengut paksa yang berdalih kesetiaan, lalu berujung kekecewaan.

Semua karna satu hal, aku telah berandai-andai dulu bahwa aku telah menemukan cinta, aku menaruh cinta di hati yang salah sebelum aku menemukan di mana cintaku yang sesungguhnya.

Aku telah banyak memakan duri dari kembang cinta.

Hingga yang ada hanya luka di kerongkongan dan menjalar ke jantung dekat dengan hati.

aku memang seorang wanita pencari cinta sekaligus yang meragukan arti cinta

namun, aku tetaplah seorang wanita yang ingin ada seorang yang menuntunku untuk sama-sama mencari bahagia ke syurga yang bernama cinta.

Aku ingin ada seorang yang menggandeng tangan erat kala aku hampir tertatih menyusuri jalan yang sempit dan gelap.

Aku tetaplah wanita, yang punya keinginan sama dengan kaumku. Yaitu menemui ketenangan bersama belahan jiwanya.

Tapi, keinginan yang kurasa akan kutemui kemarin, harus selalu pupus saat aku mulai menghilangkan kata “penyesalan” dan mulai menanam bibit harapan.

Aku kembali di tampar dan disadarkan, bahwa aku harus selalu berdekatan dengan kata “penyesalan”.

Itu takdirku?

Aku yakin bukan, karna setiap insan tidak pernah dilahirkan oleh sebuah rasa yang bernama “penyesalan”.

Lalu bagaimana dengan hari-hari yang telah kulalui?.

Apakah aku harus tetap menanamkan kata itu hingga aku harus selalu berhati-hati pada seorang anak manusia yang bernama lelaki?.

Dan kini, sebuah harapan sempat singgah dan merayuku untuk melupakan kata yang kadung tertanam di hati ini.

Kini, keraguanku mulai goyah saat ada seorang yang mulai mengusik hari-hariku belakangan ini.

Hariku dibuat tak menentu hanya karna senyumannya.

Tidurku tak nyenyak hanya karna sehari tidak mendengar suaranya.

gairahku membara, saat aku akan bertemu dengannya.

Lalu kemana kata “penyesalan” yang terselip di hati, dan ingin ku abadikan seumur hidupku agar aku aman dengan yang namanya sakit hati…?…

3 hari ini aku berkutat dengan mencari kata itu… bagai magis, dia lenyap entah kemana…

meninggalkan ku dengan sejuta pertanyaan.

Membiarkan ku meraba-raba sendiri, apakah benar dia yang kucari?. Apa aku akan menemukan cintaku di hatinya?…diakah cintaku yang sesungguhnya?…dan pertanyaan-pertanyaan yang sama seperti dulu.

Aku, mungkin akan tetap sama seperti kemarin.

Seorang wanita pencari cinta sekaligus yang meragukan arti cinta .

Hingga aku larut, dan membiarkan kata “penyesalan” itu datang lagi, namun dengan versi yang berbeda…

Entah,

karna aku memang wanita pencari cinta sekaligus yang meragukan arti cinta.

1 komentar:

si buluk mengatakan...

tanpa kita sadar, sebenarnya kita harus berterima kasih pada 'penyesalan'
kita hidup karna penyesalan..
kita belajar oleh penyesalan..
kita kuat karna mengingat penyesalan..

maka, jadikanlah penyesalan itu suatu penjaga, hal yang membuat kita tidak lupa pada sang pencipta..

kita akan kuat kalau kita belajar mejadikan kelemahan sebagai kekuatan..

bukan begitu,